Amien Rais : Artis PAN, Artis Intelektual

Agustus 26, 2008

Wajah sang Reformis

Wajah sang Reformis

JAKARTA – Di tangan Soetrisno Bachir, wajah Partai Amanat Nasional (PAN) jadi berubah. PAN seperti jadi centil. Banyak artis digaet. PAN menjadi Partai Artis Nasional. Situasi itu belum membuat risau salah satu pendiri partai, M. Amien Rais.

Di awal pendiriannya pada 1998 silam, sejumlah tokoh moncer terlibat kala itu. Sebut saja, Amien Rais, Gunawan Muhammad, Faisal Basri, Bara Hasibuan, Indra J Piliang dan tokoh beken lainnya. Selain tokoh yang teruji secara moralitas dan integritas, kalangan PAN kala itu identik dengan tokoh akademik cerdik cendekia.

Namun, sejak kepemimpinan di bawah tapuk kepemimpinan Soetrisno Bachir, pengusaha batik asal Pekalongan, wajah PAN berubah drastis. PAN yang mulanya intim dengan Muhammadiyah, kini mengesankan tak harmonis. Partai berlambang matahari tersebut pun juga tak identik lagi dengan kesan intelektual seperti awal pendiriannya.

Bahkan, menjelang Pemilu 2009, PAN pun mendapat plesetan tak sedap dengan akronim Partai Artis Nasional (PAN). Itu karena mereka memasukkan artis secara massal di daftar caleg PAN.

Ketua Majelis Pertimbangan Partai DPP PAN, Amien Rais bersuara atas kondisi mutakhir. Menurut Amien, memang saat ini PAN menurukan derajatnya dari partai reformis menjadi partai yang merakyat. “PAN sekaran turun ke bawah, dari partai reformis menjadi partai yang berkaitan dnegan akar rumput,” katanya, Selasa (12/8) di Rumah PAN, Jakarta. Apa maksud pernyataan Amien? Berikut wawancara lengkapnya.

Bagaimana citra PAN sehingga muncul plesetan PAN sebagai Partai Artis Nasional dengan kemunculan caleg artis di PAN?

PAN sekarang turun ke bawah, dari partai reformis menjadi partai yang berkaitan dengan akar rumput. Memang untuk fenomena di Ibukota sering artis ikut melakukan kampanye dan lain-lain, sampai-sampai disebut sebagai Partai Artis Nasional. Tapi saya sudah keliling kemana-mana, fenomena ini adalah fenomena ibukota. Tapi kalau di tingkat kecamatan/ibukota tidak ada kesan seperti itu, PAN adalah partai yang dekat dengan rakyat.

Apakah Anda merasa terganggu dengan kesan tersebut?

Semua partai juga ada artisnya. Ini memang sebuah eksperimen dalam arti artis punya pengagum dan punya pencinta. Argumennya, kalau artis itu menjadi caleg PAN mungkin bisa mendongkrak perolehan suara PAN.

Apakah ini tidak menjadi langkah blunder bagi PAN karena dengan penerapan caleg terpilih dengan suara terbanyak, ini akan mengancam kalangan dari kader yang kuat secara akademik dan loyalitas kalah dalam perolehan suara oleh artis yang populer?

Tidak. Saya tidak melihat sedikit pun bahaya itu. Mayoritas pemilih PAN itu tetap kritis, jadi mereka tidak bisa langsung balik kanan memilih artis meningalkan kader-kadernya sendiri. Kecuali artis yang sudah lama di PAN yang menunjukkan komitmennya kepada PAN. Artis plus yang paham politik dan mampu mengatasi masalah, itu mungkin akan mendapatkan suara. Tapi kalau hanya artis doang sulit untuk mendapatkan suara dari pemilih.

Bagaimana dengan di PAN sendiri masuk artis intelektual atau artis doang?

Menurut saya artis intelektual.

Mayoritas artis yang mencalegkan di PAN apakah berkualitas atau tidak?

Saya tidak tahu persis karena saya tidak bergaul dengan mereka.

Jadi apakah Anda tidak risih dengan masuknya artis di PAN?

Saya tidak akan menjawabnya.

Apakah Anda merestui dengan masuknya artis di caleg PAN?

PAN itu partai terbuka, dari abang becak, mantan tentara, mantan polri, LSM, pendagel, pelawak, artis, bintan sinetron, bintang film, silahkan. Tidak ada masalah.

Apakah keterlibatan artis di pentas politik lebih karena kesadaran politik atau hanya tren ikut-ikutan saja?

Saya tidak tahu, tapi kalau seperti Dede Yusuf memang berpolitik juga. Di Indoensia mulai juga ada, seperti Helmy Yahya, Wanda Hamidah. Meski profesinya artis, tapi paham politik juga. Jadi politik itu tidak boleh dimonopoli. Ibu rumah tangga juga boleh berpolitik.

 

Copied of :

http://www.waspada.co.id/Ragam/Diskursus/Amein-Rais-Artis-PAN-artis-intelektual.html